Halaman

Sabtu, 10 Desember 2011

Titrasi Nitrimetri pada NaCl


A.      JUDUL
Titrasi Nitrimetri pada NaCl

B.       TUJUJAN
Untuk mengetahui kadar NaCl dengan menggunakan metode titrasi nitrimetri.

C.      DASAR TEORI
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (1) :

1.      Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stokhiometri.
2.      Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99%).
3.      Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin  aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (2:114).
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida (2 : 117).
Tirtasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa antibiotic sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anestetika local golongan asam amino benzoate.

Pengertian Titrasi Nitrimetri
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan mengunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Nitrimetri adalah suatu cara penetapan kadar, suatu zat dengan larutan nitrit.


Prinsip Titrasi Nitrimetri
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi
1.      Pembrtukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic);
2.      Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder;
3.      Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
4.      Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatic primer misalnya benzokain, sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis  misalnya Na siklamat; yang memiliki gugus hidrazida misalnya INH; yang memiliki gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki  gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.

Hal-hal yang diperhatikan dalam nitrimetri  
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam nitrimetri adalah :
1.      Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus antara 5-150C. walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-50C. pada temperature 5-150C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan dalam suhu tinggi karena :
a.       HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi.
b.      Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol.
2.      Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada PH + 2, hal ini dibutuhkan untuk
a.       Mengubah NaNO2 menjadi HNO2-
b.      Pembentukan garam diazonium.
3.      Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik-titik akhir menjadi 2 tetes/menit.

Indikator Nitrimetri
Untuk menentukan titik akhir titrasi nitrimetri dapat dgynakan digunakan 2 indikator yaitu:
a.     Indikator dalam
Yaitu indicator yang digunakan dengan cara memasukkan indicator tersebut ke dalam larutan yang akan akan dititrasi, contohnya tropeolin 00 dan metilen blue (5 : 3).
b.    Indikator luar
Sulfanilat ke dalam Erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu titik, agar tidak diperlukan banyak ammonia untuk melarutkan Serelah asam sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan dengan HCI 25% sampai pH 2, karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam. Kemudian tembahan KBr, yang pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
1.      Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan teaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk fenol.
2.      Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.

D.      ALAT & BAHAN
Alat :
Bahan :
1.         Buret
2.         Klem buret dan statif
3.         Labu takar
4.         Gelas ukur
5.         Beaker Glass
6.         Erlenmeyer
7.         Pipet volume
8.         Pipet
9.         Botol semprot
10.     Tempat es
11.     Ubin keramik 
1.      Kloramfenikol
2.      Larutan baku NaNO2 0,1N.
3.      HCl 2N
4.       KBr
5.      Etanol. 96%
6.      Es batu
7.       Aquadest

E.       PROSEDUR
a.      Pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1.         Timbang dengan seksama 173 mg asam oksalat.
2.         Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 mL.
3.         Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4.         Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
5.         Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
6.         Hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.

b.      Penetapan kadar sample berberntuk larutan:
1.         Larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
2.         Aduk larutan sample sampai larut sempurna.
3.         Pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL.
4.         Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL.
5.         Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu.
6.         Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7.         Hitung kadar % zat aktif dalam sample.

F.       DATA HASIL PENGAMATAN
a.       Pembakuan NaNO2
Mg asam Sulfanilat
V NaNO2
173 mg
10 ml
173 mg
10 ml

b.      Penetapan Kadar Sampel Kloramfenikol
Masa Kloramfenikol
V NaNO2
500 mg
0,6 ml
500 mg
0,5 ml
500 mg
0,4 ml


G.      PEMBAHASAN
Pada penentuan kadar zat aktif menggunakan titrasi nitritometri, reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas.
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.
Prosedur yang dilakukan untuk menetapkan kadar suatu senyawa obat menggunakan nitrimetri, yaitu dengan pembuatan larutan baku dan penetapan kadar kloramfenikol.
Larutan natrium nitrit (NaNO2) 0,1N  ini dibuat dengan cara, sebanyak 7 gram NaNO2 ditimbang seksama kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Lalu dilarutkan dengan menggunakan air/aquadest. Diencerkan dengan menggunakan labu ukur 1000 ml, hingga tiap 1000 ml larutan mengandung 7 gram NaNO2.
Sebanyak kurang lebih 100 mg asam sulfanilat pa ditimbang seksama, yang sebelumnya telah dikeringkan pada 120˚C sampai bobot tetap. Asam sulfanialt tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan dengan 0,2 gram natrium hydrogen karbonat dan sedikit air. Campuran tersebut diaduk hingga larut. Larutan diencerkan dengan 100 ml air dan ditambah dengan 10 ml asam klorida P. larutan tersebut didinginkan sampai suhunya tidak lebih dari 15˚C. titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit 0,1 M hingga setetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji iodide. Titrasi diangggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 2 menit.
Pada sampel kloramphenikol, dibuat seperempat prosedur dengan melarutkan zat pada HCl pekat, kemudian diberi seng untuk mereduksi kloramphenikol yang  memiliki gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian ditambahkan lagi HCl encer 25 ml. Larutan dibiarkan selama 1 jam untuk memastikan ada atau tidaknya endapan. Jika terjadi endapan, kemudian disaring. Residu dicuci kemudian dicampur dengan filtrat dan kemudian larutan didinginkan hingga suhu di bawah 15°C. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2 yang telah dibakukan. Titik akhir titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 3,23%.
Dalam praktikum ini, hasil normalitas dari proses penentuan sampel berbeda-beda dari setiap kelompoknyanya meskipun larutannya sama. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam pengamatan, atau terdapat pengotor-pengotor pada alat-alatnya sehingga perbedaan pembakuan dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan kadar zat uji.

H.      KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan data hasil pengamatan dan dan pembahasan diantaranya yaitu :
1.    Kadar yang diperoleh pada titrasi nitritometri adalah Kloramphenikol 3,23 %
2.    Perbedaan normalitas hasil penentuan sampel dapat terjadi akibat perbedaan dalam pengamatan pada setiap kelompoknya yang dapat mempengaruhi hasil akhir kadar yang dihitung.

Daftar Pustaka
M. Chaerianisa. (2011). Titrasi Nitritometri. [Online]. Tersedia :
Pramita Purbandari. (2011). Laporan Praktikum Nitrimetri. [Online]. Tersedia :Http://Www.Scribd.Com/Doc/52621892/Laporan-Praktikum-Nitrimetri. [14 Mei 2011]Pharmaceutical World. (2011). Kimia Farmasi Analisis 2;Nitrimetri. [Online]. Tersedia :Http://Malapharmacheticalword.Blogspot.Com/2011/03/Kimia-Farmasi-Analisis-2nitrimetri.
[14 Mei 2011]

Penentuan Kadar AST dan ALT


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK

PENENTUAN KADAR AST DAN ALT
(METODE KINETIK)

No. Praktikum             : IV
Nama                           : Dichy Nuryadin Zain
NIM                            : 31108053
Tanggal                       : 5 Oktober 2011

A.    Tujuan
1.      Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui pemeriksaan AST dan ALT
2.      Mengintrepresentasikan hasil laboratorium yang diperoleh

B.     Alat dan Bahan
Ø       Alat
1.      Spektrofotometer
2.      Clinipette
3.      Tabung reaksi
4.      Rak tabung reaksi
5.      Pipet tetes
6.      Tissue
Ø       Bahan
1.      Serum/Plasma
2.      Reagen Kit AST (Spinreact)

C.    Hasil Pengamatan & Pembahasan
Pada praktikum kimia klinik pertemuan keempat adalah menentukan kadar AST dan ALT pada darah. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui pemeriksaan AST dan ALT kemudian mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil laboratorium yang diperoleh.
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa organik yang mempercepat reaksi kimia. Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini.Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Maka dari itu, praktikan ingin mengetahui seberapa banyakkah nilai AST dan ALT yang terkandung  di dalam darah manusia, yakni dengan cara pemeriksaan penentuan kadar AST dan ALT pada sampel darah tertentu.
Sebelum memulai praktikum terlebih dahulu kami mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan penentuan kadar AST dan ALT diantaranya yaitu, sampel serum/darah dan pereaksi kit AST. Adapun sampel darah yang akan digunakan disimpan di dalam tabung darah khusus. Dalam pelaksanaannya harus dengan hati-hati agar darah tidak terkontaminasi oleh zat lain, sehingga tidak akan mengganggu dalam hal pemeriksaan. Darah yang digunakan berasal berasal dari salah satu mahsiswa Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Pengambilan darah dilakukan pada hari dimana pemeriksaan AST dilakukan. Perlakuan ini dilakukan agar darah yang digunakan masih dalam keadaan segar. Darah diambil sebnyak 3 ml, yang kemudian dimasukkan kedalam tabung khusus untuk kemudian dilakukan proses pengendapan serum darah dengan cara disentrifuse selama 10 menit untuk memisahkan darah dengan plasma darah. Hasilnya plasma darah terletak di lapisan bagian atas dengan ciri khas warna kekuningan sedangkan lapisan bawah merupakan hasil pengendapan darah berwana merah bata.
Selanjutnya kemudian dilakukan proses perlakuan pada larutan pereaksi. Pereaksi yang digunakan adlah pereaksi khusus yang biasa digunakan di dalam pemeriksaan kadar AST dan ALT. Ada bermacam pereaksi yang bias digunakan, namun yang kami gunakan dalam pemeriksaan kali ini yang menggunakan pereaksi dari merek pabrikan Spinreact. Sebanyak 1 ml larutan pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan clinipette yang selanjutnya dilakukan proses inkubasi selam 1 menit.

Setelah dilakukan proses inkubasi maka selanjutnya dilakukan perlakuan pada sampel yakni dengan cara menambahkan sampel ke dalam tabung reaski yang sudah berisikan larutan pereaksi sebesar 1 ml atau 100 µl. Pemeriksaan sampel kemudian dilanjut dengan menggunakan instrument pembaca absorban atau lebih kita ketahui dengan nama Spektrofotometer. Proses ini dilakukan dengan selang waktu 1 menit dan dilakukan sebanyak triplo atau sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan waktu selisih perubahan absorban tiap menitnya. Adapun hasil absorban pemeriksaan sampel tersebut yakni untuk menit pertama di dapat nilai absorban sebesar 0,353; selanjutnya 0,356 dan terakhir adalah sebesar 0,357 pada panjang gelombang (λ) sebesar 340,0 nm.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap sampel, tahapan selanjutnya yakni dengan melakukan perhitungan nilai aktivitas AST. Hal ini dilakukan agar nilai kadar AST dalam sampel dapat diketahui. Perhitungan nilai konsentrasi kolesterol dapat dilakukan dengan menggunakan rumus, yakni :
Aktivitas AST (IU/L) = Abs. Test/menit x Faktor

ket: Nilai faktor sebesar 1750

D.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sampel serum/darah dengan no.8 mempunyai nilai aktivitas AST (IU/L) sebesar 621,83. Sedangkan untuk nilai faktor pada suhu 25oC setelah dikalikan dengan nilai satuan 1,00 adalah 621,83 U/L of ALT.

Daftar Pustaka
Wikipedia. (2011). Enzim. [Online]. Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim.html. [7 Oktober 2011].

Penentuan Kadar Kolesterol (Metode Warna Enzimatik)


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK

PENENTUAN KADAR KOLESTEROL
(METODE WARNA ENZIMATIK)

No. Praktikum             : III
Nama                           : Dichy Nuryadin Zain
NIM                            : 31108053
Tanggal                       : 14 September 2011


A.    Tujuan
1.      Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan kolesterol dalam darah
2.      Mengintrepresentasikan hasil laboratorium yang diperoleh

B.     Alat dan Bahan
Ø       Alat
1.      Spektrofotometer
2.      Clinipette
3.      Tabung reaksi
4.      Rak tabung reaksi
5.      Pipet tetes
6.      Tissue
Ø       Bahan
1.      Serum/Plasma
2.      Reagen Kit Kolesterol (Spinreact)

C.    Hasil Pengamatan & Pembahasan
Pada praktikum kimia klinik pertemuan ketiga adalah menentukan kadar kolesterol pada darah. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan kolesterol dalam darah, kemudian mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil laboratorium yang diperoleh.
Kita tahu bahwa kolesterol merupakan steroid alcohol yang tidak jenuh yang termasuk ke dalam golongan lipid yaitu senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi hanya larut di dalam pelarut organik. Dua pertiga bagian dari kolesterol plasma diesterifikasi dengan asam basa lemak jenuh dan tak jenuh rantai panjang dan satu pertiga bagian terdapat sebagai kolesterol tidak teresterifikasi. Pada manusia, 60-70% diangkut oleh LDL, 20-35% oleh HDL dan 5-12% ole VDL. Maka dari itu, praktikan ingin mengetahui seberapa banyakkah kolesterol di dalam darah manusia, yakni dengan cara pemeriksaan kolesterol pada sampel darah tertentu.
Preparasi pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini diantaranya yaitu sampel darah. Adapun sampel darah yang akan digunakan disimpan di dalam tabung darah khusus. Dalam pelaksanaannya harus dengan hati-hati agar darah tidak terkontaminasi oleh zat lain, sehingga tidak akan mengganggu dalam hal pemeriksaan.

Penentuan kadar kolesterol dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya yakni mempersiapkan larutan baku pembanding (standar) atau biasa kita kenal sebagai larutan Blanko. Larutan blanko diambil dari reagen kit kolesterol untuk perbandingan sampel dengan larutan baku satndar. Dalam praktikum kali ini praktikan menggunakan reagen kit dari pabrikan Spinreact.
Larutan baku standar dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan alat khusus yang kita ketahui yakni clinipette. Seperti dalam praktikum sebelumnya yakni dalam praktikum pemeriksaan kadar glukosa dalam darah, alat yang biasa digunakan untuk mengambil sampel maupun larutan baku standar adalah dengan menggunakan clinipette. Clinipette yang digunakan juga mempunyai variasi volume yang bereda-beda. Dalam praktikum ini kami menggunakan clinnipette yang mempunyai ukuran 10 µl dan 1,0 µl. Larutan blanko yang sudah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian disimpan (inkubasi) selama 10 menit minimal pada suhu ruangan (15-25 oC).

Blanko yang sudah disimpan kemudian diperiksa oleh instrumen spektofotometri untuk mengetahui  panjang gelombang (λ) yang nantinya akan digunakan dalam pemeriksaan sampel. Hasil absorban standar yang didapat diantarnya 0,199; 0,198 dan 0,197.
Setelah itu lalu masuk ke dalam perlakuan sampel darah yang akan digunakan dalam pemeriksaan kali ini. Sampel terbaik adalah serum (berasal dari yang tidak hemolisis). Kolesterol dalam serum stabil selama 1 minggu pada suhu kamar (18-30 oC) dan 6 bulan pada keadaan beku. Adapun nilai kolestrol yang normal pada tubuh manusia yakni < 200 ml/dl.
Seperti halnya pada larutan blanko, sampel darah dimasukkan kedalam tabung reaksi menggunakan clinipette sebanyak 10 µl kemudian masukkan reagen glukosa sebanyak 1,0 µl setelah itu sample di inkubasi selama 10 menit. Setelah penambahan reagen pada sampel terbentuk larutan berwarna merah muda (pink). Sampel yang sudah di inkubasi kemudian di uji menggunakan Spektrofotometer untuk mengetahui panjang gelombang (λ) dan absorban pada sampel. Adapun hasil absorban sampel yang didapat yakni -0,430; -0,430 dan -0,429. Hasil nilai negatif yang didapat dianggap positif, maka nilai absorban yang sebenarnya adalah sebesar 0,430; 0,430 dan 0,429.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap sampel, tahapan selanjutnya yakni dengan melakukan perhitungan nilai absorban standard dan nilai absorban sampel dengan konsentrasi standar. Hal ini dilakukan agar nilai kolesterol dalam sampel dapat diketahui. Perhitungan nilai konsentrasi kolesterol dapat dilakukan dengan menggunakan rumus, yakni :
Csampel =  x Cstandar

Adapun nilai konsentrasi kolesterol dalam darah (serum) yang didapat adalah sebesar 434,01 mg/dl.

D.    Kesimpulan
Konsentrasi kolesterol dalam serum (sampel darah) dengan sampel no.2 mempunyai nilai sebesar 434,01 mg/dl. Karena konsentrasi nilai kolesterol lebih dari rentang batas normal nilai kolesterol normal yakni < 200 mg/dl, maka sampel tersebut dapat dikatan tidak normal.

Daftar Pustaka
Wikipedia. (2011). Kolesterol. [Online]. Tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kolesterol.html. [15 September 2011].